Minggu, 03 Desember 2017

Di Keboen Kopi Ini Bisa Jalan-jalan ke Kebun Kopi hingga Ngopi Enak

Di Keboen Kopi Ini Bisa Jalan-jalan ke Kebun Kopi hingga Ngopi Enak

Di sini Anda bisa melihat kebun kopi peninggalan Belanda. Minum kopi di tengah kebun, dilayani oleh bule dan bisa membawa pulang kopi. Asyiknya! 


Anda bisa menikmati pengalaman tersebut di Kebun Kopi Karanganyar. Terletak di Dusun Karanganyar, Desa Modangan Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Di atas lahan seluas 250 hektar, destinasi wisata ini mengusung konsep agrohistori coffee. Bagunan dengan arsitektur Belanda tetap dijaga keasliannya, dapat dilihat dari bangunan kantor, kafe hingga pabrik yang masih lengkap dengan cerobong asapnya.

"Kebun kopi ini ada sejak zaman Belanda, sekitar tahun 1874. Lalu diteruskan pemegang HGU yakni PT Harta Mulia tahun 1960. Tapi untuk destinasi wisata baru saya buka Desember 2016 lalu," kata Direktur Utama Keboen Kopi, Karanganyar, Wima Brahmantya

Untuk memasuki kebun, pengunjung cukup membayar Rp 5,000 per orang. Petugas lalu memasangkan gelang kertas berwarna hijau, sebagai tanda pengunjung. Lalu seorang pemandu akan mengajak Anda menelusuri jalan setapak berkelok sejauh 300 meter. 

Namanya Koffie Boom Straat atau Jalan Pohon Kopi yang berisi beberapa plakat tentang sejarah kopi di Keboen Kopi Karanganyar. Selepas area itu, pengunjung dapat menyaksikan proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan pohon kopi sampai masa panen.

"Di sini pengunjung juga kami ajak untuk mengetahui proses pengolahan biji kopi hingga menjadi bubuk. Ada kopi jenis Robusta yang jadi andalan kami, selain jenis Liberica," jelas Wima. 

Saat merasa penat berkeliling pabrik kopi dengan bentuk bangunan kolonial, Anda bisa menikmati kopi di tengah sejuknya udara di kebun kopi. Uniknya lagi, suasana zaman Belanda makin kental saat pengunjung dilayani oleh bule-bule yang belum fasih berbahasa Indonesia.

"Kami memang membuka lowongan volunteer bagi warga negara asing. Selain menjadi pelayan di kafe sini, mereka juga kami ajak mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak yang tinggal sekitar perkebunan," ungkap sarjana jurusan matematika ini. Menurut Wima, setiap WNA yang menjadi relawan di tempatnya hanya diberi waktu selama 2 pekan. Setelah itu, masih banyak WNA lain yang antre untuk bisa menjadi relawan di tempat ini. 

"Saya penyuka kopi. Di sini saya bisa tahu bentuk pohon kopi, cara mengolah biji kopi sampai membuat segelas kopi kesukaan saya. Saya juga menyukai suasana pedesaan yang sejuk dan masyarakat yang ramah," kata seorang relawan asal Estonia ( bekas negara di Uni Soviet), Merry (34). 

Merrypun tanpa canggung menyajikan kopi buatannya ke seorang pengunjung. Dengan ramah dia juga menjelaskan jenis kopi yang diraciknya itu. Kopi Blitar menjadi andalan utama kopi yang bisa dinikmati di sini. Harganya sangat terjangkau, sekitar Rp 15 ribu per cangkir

Jika ingin membawa pulang kopi bubuk atau biji kopi, pengelola juga menyediakan kopi bubuk dalam 2 kemasan. Yang berat 150 gram berharga Rp 20 ribu, sedangkan berat 250 gram harganya Rp 30 ribu. 

Rupanya tak hanya tanaman kopi yang ada di kebun ini, namun juga banyak pohon durian yang berbuah setiap saat. Di atas ketinggian 500 mdpl, wahana taman bermain bagi anakpun lengkap. Termasuk bagi orang dewasa yang gemar permainan outbond. Seperti fun ATV, fun cross, airsoft gun dan speed shoot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar